Dear diary-nya Rey.
Malam ini saya merasa nggak karuan, ada sedih, kesal, happy juga.
Dan sepertinya akan lebih baik kalau saya menuliskan jurnal dan refleksi perasaan lagi.
Bahwa, malam ini:
Saya merasa campur aduk.
Sore tadi saya menangis, karena memikirkan kehidupan saya belakangan ini yang terkungkung tanpa daya. Nggak ada masa depan, menghabiskan sisa usia di sini serasa sia-sia.
Saya tak suka kondisi begini, tanpa pemasukan, nggak ada yang bisa saya lakukan, selain masak, nyuci, beberes dan semacamnya, huhuhu.
Setelah itu saya curhat sama bestie, agak terhibur dengan semua candaannya, lalu menyadari kayaknya saya butuh refreshing deh, biar nggak stres.
Lalu mulai searching penginapan, insya Allah mau pergi sendirian minggu ini, sekalian ambil paket.
Setelah itu, pikiran sedikit happy, tapi pas lagi scroll medsos, lah kok kepikiran dia lagi. Mulai kangen lagi, tapi bercampur kesal dan mulai muncul perasaan yang normal. Memikirkan semua minusnya, dan mengingatkan hati lagi bahwa...
Kamu tak menginginkan dia Rey, kamu hanya sedang kesepian.
Yang paling membuat sedih adalah rasa tak berdaya terkungkung di sini
Sudah mau masuk bulan ke-6, dan saya tak punya sesuatu yang bisa dilakukan. Pemasukan semakin jarang bahkan berhenti sama sekali, sementara kebutuhan anak terus berjalan.
Barang-barang kami mulai rusak, nggak ada yang bisa dibeli dengan mudah.
Saya mulai berpikir, awalnya saya happy-happy aja meninggalkan banyak barang di Surabaya, meskipun barang itu bagus-bagus semua. Lalu seiring waktu mulai merindukan barang-barang tersebut, kadang juga ditepis oleh pikiran,
Ah Rey, kamu jangan terlalu ketergantungan sama barang.
Tapi nyatanya emang sebelumnya tuh hidup saya lumayan asyik, punya barang-barang baru, tapi nggak perlu mengeluarkan uang.
Di sini, ah bahkan saya udah malas bahasnya.
Dan saya berpikir, sepertinya keputusan balik ke sini memang salah besar, hiks.
Sebenarnya, yang aku butuhkan bukan dia, tapi uang atau kegiatan yang menghasilkan uang
Bisa-bisanya gitu loh saya ini, tenggelam merindukan orang yang sebenarnya NGGAK BANGET. Tapi kalau dipikir-pikir, sebenarnya saya nggak benar-benar merindukan dia sih, saya hanya merasa kesepian. Dan dia bayangan terakhir yang ada di pikiran saya, makanya merindukan dia.
Tapi sebenarnya yang benar-benar saya butuhkan itu adalah duit, wakakakakaka. Atau kegiatan yang mendatangkan duit, hehehe.
Kalau aku bisa memeluk diriku sendiri malam ini, aku akan berkata,
Tenanglah Rey, kamu baik-baik saja, insya Allah sekarang disuruh istrahat sebentar, setelah ini bakal ada kehidupan yang lebih baik, aamiin.
Dan kamu tak benar-benar merindukannya, kamu hanya kesepian Rey!